Sepotong hati memang acap kali
terbolak-balikan, seperti me-ji-ku-hi-bi-ni-u dalam pancaran pelangi. Susah,
senang, bahagia, sedih, kasih, sayang, cemburu, cinta dan yang saat ini populer
adalah GALAU.
Galau,
sebuah kata sifat yang banyak menghiasi tampilan status jejaring sosial,
desiran kata, dan tentunya sering menyelimuti atmosfir suasana hati seseorang.
Bukan hanya dirasakan oleh para ABG saja, orang yang sudah lanjut pun ikut
merasakannya. Rasanya asam, kecut manis pahit berbaur jadi satu.
Galau, sebuah suasana hati yang
meresahkan, membuat sang hati tak tenang dan tak jarang sangat berpengaruh pada
perilaku seseorang. Yang biasa riang jadi garang, yang biasanya semangat jadi
terasa penat, yang biasanya aktif jadi pasif, yang biasanya suka jadi duka,
yang biasanya gembira jadi bencana, yang biasanya syukur jadi kufur, yang
biasanya cinta jadi menderita…
Ah… galau. Ada apa denganmu? Saat ku
butuhkan bara api semangat, malah kau padamkan dengan mengajak hatiku pada
suasanamu… Bilakah kau tahu, seandainya aku tanpa dirimu…
Bagaimanapun, seorang manusia
dewasa. Manusia yang semakin spesifik akan setiap permohonan dalam untaian
doanya, bukan hanya memandang hanya apa yang diinginkan hatinya, kadang juga
berfikir apakah itu semua pantas untuk ia sandang, apakah pantas untuk ia
dapatkan, dan apakah benar – benar sejatinya pantas untuk dirinya. Manusia
dewasa yang telah diberikan kemampuan untuk mengelola suasana hatinya,
mengendalikan sebuah warna yang akan menyinari warna hatinya. Apakah hanya akan
berlama – lama untuk mempertahankan warna hijau? Mempercepat datangnya warna
merah? Menghilangkan warna kuning? Atau konsisten untuk seberkas warna merah
jambu? Ataukah putih? Ya, seseorang yang dewasa dialah sang ahli dalam memanage
hati. Menjadikan proporsinya pas untuk dikonsumsi oleh suasana ruhiyahnya,
bahkan untuk kondisi fisiknya.
Ketika problematika datang bertubi –
tubi, kesedihan menghampiri, gelisah yang menggelayuti, iri melihat sana –
sini. Bilakah galau melanda, menyusup perlahan ataupun dengan cepatnya
membalikkan hati yang tenang, menjadikannya resah gelisah dan tak tahu harus
bagaimana lagi.
Terdapatlah 5 ‘penawar’ yang akan
membalikkan hati kita menjadi hati yang bersuasana ideal, tenteram dan nyaman:
1. Mengingat Tuhan
Ingatlah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan mengingatNya, hati kita akan lebih tenteram
Ingatlah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan mengingatNya, hati kita akan lebih tenteram
2. Membaca buku-buku motivasi
Sebuah kapal selam akan tetap bertahan di dalam air dengan tanpa masalah sedikit pun, walau di permukaan bumi terjadi berbagai guncangan keadaan dia tetap bertahan, berjalan dengan pasti tak ada pengaruh bisikan sana – sini, yang ada dia hanya bersikukuh untuk meneruskan perjalanannya sembari menikmati indahnya aneka makhluk di dasar laut.
Buku motivasi membuat anda menjadi jauh lebih bersemangat dan termotivasi untuk bangkit lagi ketimbang anda membaca buku-buku ‘galau’ yang juga ikut membuat anda galau.
Sebuah kapal selam akan tetap bertahan di dalam air dengan tanpa masalah sedikit pun, walau di permukaan bumi terjadi berbagai guncangan keadaan dia tetap bertahan, berjalan dengan pasti tak ada pengaruh bisikan sana – sini, yang ada dia hanya bersikukuh untuk meneruskan perjalanannya sembari menikmati indahnya aneka makhluk di dasar laut.
Buku motivasi membuat anda menjadi jauh lebih bersemangat dan termotivasi untuk bangkit lagi ketimbang anda membaca buku-buku ‘galau’ yang juga ikut membuat anda galau.
3. Melupakan masa lalu
Untuk apa menyiksa diri dengan
memikirkan yang sudah terjadi? Hidup ini indah, jangan disesali, nikmati dengan
penuh syukur.
4. Perbanyak berdoa
Sibukkan diri dengan berdoa, karena segala sesuatu yang kita lakukan, harus dimulai dan diakhiri dengan doa bukan?
Sibukkan diri dengan berdoa, karena segala sesuatu yang kita lakukan, harus dimulai dan diakhiri dengan doa bukan?
5. Bersyukur
Coba membiasakan diri mencatat, setiap hari, semua hal baik yang terjadi pada kita hari itu. (Keep a gratitude journal). Sudahkah kita mensyukuri apa yang kita dapatkan? Apa yang kita rasakan? Apa yang kita peroleh? Sudahkah?
Coba membiasakan diri mencatat, setiap hari, semua hal baik yang terjadi pada kita hari itu. (Keep a gratitude journal). Sudahkah kita mensyukuri apa yang kita dapatkan? Apa yang kita rasakan? Apa yang kita peroleh? Sudahkah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar